Mari Berbagi Ilmu: October 2016

Followers

Sunday 30 October 2016

Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan

Psikologi Pendidikan

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat siang sobat blogger, kali ini saya akan membagikan ilmu tentang psikologi pendidikan? Apa itu psikologi pendidikan? Apa peran psikologi pendidikan? Nah untuk mengetahui hal tersebut, mari kita bahas psikologi pendidikan.
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Abu (2003:3) menyebutkan psikologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia. Lebih lanjut Dalyono (2009:2) menjelaskan macam-macam definisi psikologi, seperti:
1.   Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life
2.   Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
3.   Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behaviour).

1.     Pengertian Pendidikan
Adapun mengenai pendidikan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (KBBI, 1991:232 dalam Dalyono). Dalam bahasa inggris, pendidikan berarti education yang berasal dari kata educate yang artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam arti sempit berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. (Mc. Leoc, 1989 dalam Dalyono).
Sementara itu menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdesan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.         Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang. Menurut Muhibin Syah (2002), pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan menurut Witherington, Pengertian Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia Tardif (dalam Syah, 1997: 13) juga mengatakan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan adalah Arthur S. Reber, seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City, University of British Colombia Canada dan juga pada University of Insbruck Austria. Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
a.     Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b.     Pengembangan dan pembaruan kurikulum
c.     Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d.    Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e.     Penyelenggaraan pendidikan keguruan. (Arthur SReber, 1998 dalam Dalyono) Abu (2003:7) menyebutkan psikologi pendidikan yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik, bagaimana cara belajar dan mengajar yang baik dan sebagainya. Pendidikan memerlukan psikologi karena dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, seorang guru harus memperhatikan kondisi kejiwaan peserta didiknya. Semakin siap kondisi jiwa peserta didik dalam menerima materi pelajaran, akan semakin baik hasil yang diperoleh. (Wiji, 2009:7)
3.         Guru
A.        Pengertian Guru
Menurut Drs. H.A. Ametembum, guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid/siswa baik secara individual ataupun klasikal, baik disekolah maupun di luar sekolah. (Akmal: 2013:9). Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, sebutan guru mencakup:
1.         Guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karier
2.         Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah, dan
3.         Guru dalam jabatan pengawas. (Ali, 2013:120).
B.        Persyaratan Guru
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, menjadi guru harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: Takwa kepada Allah SWT, berilmu, sehat jasmani dan rohani (roeping), dan berkelakuan baik. (Akmal, 2013:11). Pendapat lain menaparkan, syarat untuk menjadi guru/pendidik yaitu:
1.   Dia harus mengerti ilmu mendidik sebaik-baiknya, sehingga segala tindakannya dalam mendidik disesuaikan dengan jiwa anak didiknya.
2.   Dia harus memiliki bahasa yang baik dan menggunakannya sebaik mungkin, sehingga dengan bahasa itu anak tertarik kepada pelajarannya. Dan dengan bahasanya itu dapat menimbulkan perasaan yang halus pada anak.
3.   Dia harus mencintai anak didiknya sebab cinta senantiasa mengandung arti menghilangkan kepentingan diri sendiri untuk keperluan orang lain. (Hamdani dan Fuad, 2007:102)
C.        Kepribadian dan Sifat Guru
Faktor terpenting dari seorang guru adalah kepribadiannya. Karena dengan kepribadian itulah seorang guru bisa menjadi seorang pendidik dn pembina bagi anak didiknya atau bahkan malah sebaliknya akan menjadi perusak dan penghancur bagi masa depan anak didiknya. Guru adalah seseorang yang bukan hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan saja. Tetapi guru juga adalah seorang yang patut dicontoh. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kepribadian, tingkah laku, moral, emosi dan sikap yang baik yang dapat mempengaruhi anak didiknya.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, ada dua macam kepribadian guru, yaitu:
1.  Guru yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang memerintah dan menyuruh. Hal seperti ini kurang menyenangkan dalam pendidikan.
2.  Guru yang menempatkan dirinya sebagai mitra bagi anak didiknya. Biasanya guru seperti ini menarik dan menyenangkan, ia akan dihormatidan disayangi oleh anak didiknya. (Akmal, 2013:56).
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru seperti pendapat Prof.Dr. Moh. Athiyah Al-Abrasyi adalah: zuhud (tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah SWT semata, jauh dari dosa besar dan sifat riya, ikhlas, pemaaf terhadap muridnya, mencintai muridnya, memahami peserta didik, menguasai materi pelajaran yang akan diajarkannya. (Hamdani dan Fuad, 2007:104-105).
D.        Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru
Muhammad dan Novan (2013) memaparkan ada beberapa manfaat bagi guru dalam mempelajari psikologi pendidikan, antara lain:agar guru memahami perbedaan siswa (Diversity of Student), untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif di dalam kelas, untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa (konseling), mengevaluasi hasil pembelajaran, berinteraksi secara tepat dengan siswanya, menilai hasil pembelajaran dengan adil, menetapkan tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, dan memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Berikut akan dipaparkan satu-persatu penjelasannya:
E.        Memahami Perbedaan Siswa (Diversity of Student)
Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama antara siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
F.         Untuk menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di dalam Kelas
Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif mampu membantu proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,  sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan secara efektif.
G.        Untuk Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran
Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bisa didapatkan oleh seorang guru dengan mempelajari psikologi terutama tugas-tugas perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa disesuaikan dengan kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.
H.        Memberikan Bimbingan dan Pengarahan kepada Siswa (Konseling)
Selain berperan sebagai pengajar di dalam kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi seorang pembimbing yang mempu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama ketika peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Dengan berperan sebagai seorang pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa melakukan pendekatan secara emosional terhadap peserta didiknya. Jika sudah tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik dan peserta didiknya, maka proses pembelajaran juga akan tercipta secara menyenangkan.

I.          Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Tugas utama guru/pendidik adalah mengajar di dalam kelas dan melakukan evaluasi dari hasil pengajaran yang sudah dilakukan. Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan seorang pendidik mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil menyesuikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya.
J.         Berinteraksi secara tepat dengan siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
K.        Menilai hasil pembelajaran yang adil
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
L.        Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
M.       Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
N.        Penyusunan Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
O.        Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru untuk merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
P.         Contoh Kasus-Kasus Guru yang tidak Menerapkan Psikologi Pendidikan
Dalam tahun 2015 ini, terdapat beberapa kasus yang tidak semestinya dilakukan oleh guru terhadap murid/siswanya. Kasus-kasus itu terjadi diindikasikan akibat guru yang tidak menerapkan, memahami dan mempelajari psikologi pendidikan dengan baik dan menyeluruh. Beberapa kasus tersebut antara lain seperti dirangkum dariwww.sindonews.com:
·            Kasus guru wanita SDN 7 Matangkuli Aceh Utara, yang berinisial AN (53) yang melakukan tindak kekerasan terhadap FN (12) murid kelas 5 SD dengan memukul bagian kepala siswa tersebut dengan martil/palu. (Agustus, 2015).
·            Seorang guru MTs di Bantul berinisial EN (63) melakukan aksi pencabulan terhadap belasan anak di bawah umur yang tinggal di seputaran rumahnya. (Juli, 2015)
·            Seorang guru SDN Pematang Reba, Kabupaten Indragiri Hulu, Pekanbaru, Riau berinisial Z melakukan pemaksaan untuk melakukan oral seks kepada 6 muridnya yang berusia antara 8-9 tahun di perpustakaan sekolah setempat. (Mei, 2015)
·            Seorang guru Bahasa Jerman di SMAN 2 Kota Kefamenanu Timor Tengah Utara, NTT, memberikan hukuman kepada seorang murid bernama Melson Aluet (17) karena tidak mengerjakan PR dengan cara menyuruh membenturkan kepalanya sendiri di meja sebanyak 80 kali. Akibatnya Melson mengalami gegar otar hingga muntah darah.
Kasus-kasus seperti diatas diharapkan semakin minim terjadi dalam dunia pendidikan. Guru diharapkan dapat mempelajari, memahami dan mendalami psikologi pendidikan dalam dirinya sebagai bagian penting dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik generasi bangsa. Sebab di dalam dunia pendidikan, untuk mencapai pendidikan yang maksimal dan efektif bukan hanya terkait pembahasan kurikulum belaka, namun juga permasalahan psikologis peserta didik dan model pengajaran pendidiknya juga harus tetap diperhatikan. Oleh karena itu, psikologi pendidikan menjadi penting untuk dipelajari oleh setiap pendidik ataupun calon pendidik.
KESIMPULAN
1.     Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya atau dengan kata lain psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia.
2.     Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdesan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
3.     Psikologi pendidikan yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik, bagaimana cara belajar dan mengajar yang baik dan sebagainya.
4.     Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
5.     Guru harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: Takwa kepada Allah SWT, berilmu, sehat jasmani dan rohani (roeping), dan berkelakuan baik.
6.     Guru harus mempunyai kepribadian, tingkah laku, moral, emosi dan sikap yang baik yang dapat mempengaruhi anak didiknya. Ada dua macam kepribadian guru, yaitu: guru yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang memerintah dan menyuruh dan guru yang menempatkan dirinya sebagai mitra bagi anak didiknya.
7.     Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru seperti: zuhud (tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah SWT semata, jauh dari dosa besar dan sifat riya, ikhlas, pemaaf terhadap muridnya, mencintai muridnya, memahami peserta didik, menguasai materi pelajaran yang akan diajarkannya.



8.     Manfaat bagi guru dalam mempelajari psikologi pendidikan, antara lain: agar guru memahami perbedaan siswa (Diversity of Student), untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif di dalam kelas, untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa (konseling), mengevaluasi hasil pembelajaran, berinteraksi secara tepat dengan siswanya, menilai hasil pembelajaran dengan adil, menetapkan tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, dan memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

9.     Dari beberapa pendapat tentang psikologi pendidikan, kita mengambil kesimpulan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

NY Muslim leader talks on moderate Islam

NY Muslim leader talks on moderate Islam

 

The Jakarta Post | Sat, 11/06/2010 10:47 AM | Headlines
US President Barack Obama has yet to arrive, but Feisal Abdul Rauf, the imam behind the planned Muslim community center close to Ground Zero in New York, is already here to lecture members of Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono’s Cabinet on religious tolerance.
After meeting with Yudhoyono on Friday, Rauf delivered a lecture on “Promoting Moderate Islam and Striving for Harmony Among Civilizations in the 21st Century” at the Presidential Palace in Jakarta. The lecture was attended by several Cabinet ministers and religious leaders.
Rauf addressed several issues, including the relationship between Islam and the US, growing Islamophobia, the nature of moderation in Islam and how to promote it, and his experiences in trying to realize the plan to build the Park51 Islamic center and mosque close to Ground Zero.
Rauf said Muslims needed to “expose” people to the best quality of Islam, including kindness, compassion and tolerance, to address Islamophobia.
“Only through the right behavior can we change the minds of Americans on Islam,” said the Egyptian-American Sufi and interfaith activist, who is also the imam of the Al-Farah Mosque in lower Manhattan.
Rauf also shared his experience in dealing with protests over his plan to build Park51, which was originally named Cordoba House.
He said not only was the plan supported by New York’s Jewish mayor Michael Bloomberg as well as Obama, it was also supported by Jewish and Christian leaders he had been working with in interfaith dialogs for years.
Rather, Rauf said, the plan was protested by radicals in the communities, citing Terry Jones, the leader of a small church in Gainesville, Florida, who announced plans to hold a Koran-burning day.
“It shows us that the real battleground is not between Islam and the West, between Muslims and Jews, nor Muslims and Christians.
“The real battle ground is between moderates of all religions and radicals of all religions. And we have to understand the science of what happens; that radicals fuel radicals,” Rauf said.
Responding to Rauf’s remarks, Yudhoyono said Islam was the most misunderstood religion, saying Muslims needed to prevent extremism among themselves as well as fight a growing Islamophobia.

Indonesia is trying hard to maintain harmony and tolerance, although we continued to face challenges and problems. I have to admit there will always be problems in this globalized era with the global network of extremism,” the President said.